Studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Royal Botanic Gardens, Kew (Inggris); dan Ethiopia, melaporkan bahwa kopi arabika (Coffea arabica) liar terancam punah dalam 70 tahun karena perubahan iklim. Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, Rabu (7/11/2012).
"Skenario
terburuk, seperti yang didapatkan dari analisis kami, arabika liar
dapat punah pada tahun 2080. Hal ini seharusnya menjadi peringatan bagi
penentu kebijakan terhadap kerentanan spesies ini," kata Justin Moat,
Kepala Informasi Spasial di Royal Botanic Garden, yang terlibat riset.
Kopi
arabika liar penting bagi kelangsungan industri kopi karena keragaman
genetik yang dimiliki. Arabika yang tumbuh di perkebunan terbilang
miskin akan keragaman genetik sehingga kurang memiliki ketahanan
terhadap perubahan iklim dan masalah lain, seperti hama dan penyakit.
Punahnya
arabika tak cuma merugikan dalam hal keanekaragaman hayati. Kepunahan
juga berdampak secara ekonomi sebab kopi merupakan komoditas perdagangan
paling besar setelah minyak, dan menjadi sumber pendapatan utama bagi
beberapa negara, misalnya Ethiopia.
Kesimpulan terancamnya kopi
arabika didapatkan dari hasil pemodelan komputer. Data bahan pemodelan
didapatkan dari museum (termasuk herbarium) dan lapangan. Ini adalah
studi pertama yang mengukur dampak perubahan iklim pada kopi.
Dua
analisis dilakukan dalam studi lokal dan kewilayahan. Studi dilakukan
dengan membandingkan penyebaran kopi arabika saat ini dan yang
diprediksikan hingga tahun 2080. Tiga interval waktu ditetapkan untuk
analisis, yakni tahun 2020, 2050, dan 2080.
Hasil analisis
mengungkap bahwa secara lokal, pengurangan distribusi kopi arabika
secara lokal adalah 65 persen-99,7 persen. Sementara itu, hasil analisis
kewilayahan menunjukkan bahwa pengurangan distribusi adalah 38
persen-90 persen.
Ancaman perubahan iklim pada kopi mungkin lebih
buruk. Analisis ini belum menyertakan faktor deforestasi yang terjadi
di sekitar habitat kopi arabika liar serta faktor lain, seperti hama,
penyakit, perubahan waktu perbungaan, dan pengurangan populasi burung
yang berfungsi sebagai penyerbuk.
Studi lapangan dalam tes
pemodelan itu dilakukan di Dataran Tinggi Boma, Sudan, pada April 2012.
Berdasarkan hasil pengujian, dengan menyertakan faktor deforestasi,
arabika liar bisa punah pada tahun 2020. Hal itu masuk akal dengan
rendahnya kualitas kesehatan arabika liar kini.
Aaron Davis, Kepala Penelitian Kopi di Royal Botanic Garden, seperti dikutip Physorg,
Rabu, mengatakan, "Tujuan studi ini bukan membuat orang takut. Prediksi
ini tentu memprihatinkan, tetapi kita seharusnya bisa menjadikannya
sebagai dasar terhadap langkah yang diperlukan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar